Saat Rupiah Ambruk: Sembako Mahal, Rakyat Miskin Tercekik!

Nama : Rizky Ramadhan
Nim : 11210530000146

Nilai tukar rupiah masih mencatatkan kinerja yang mengecewakan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (21/10/2022), perlemahan ini tentunya kian mengancam harga pangan khususnya komoditas yang diimpor Indonesia. Beberapa komoditas tersebut masuk dalam sembako, yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat Indonesia.
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah sepanjang tahun ini melemah lebih dari 9% ke Rp 15.600/US$. Rupiah semakin mencatatkan kinerja yang mengecewakan karena berada di posisi terlemahnya dalam 2,5 tahun terakhir. Tepatnya sejak 15 April 2020.

Perlemahan rupiah terjadi meski Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga acuannya. Namun, tekanan bagi rupiah masih begitu besar. Apalagi, pelaku pasar saat ini beranggapan bahwa resesi global semakin nyata. Dalam kondisi kacau balau seperti ini, dolar AS yang menyandang status safe haven menjadi primadona.

Pasar keuangan Indonesia sedang berhadapan dengan ketidakpastian global. BI selaku otoritas moneter diharapkan bisa menjadi katalis dalam menstabilkan pasar keuangan di dalam negeri. Kenaikan suku bunga BI sebesar 50 bps dinilai penting untuk menjangkar inflasi atau ekspektasi yang bergerak liar.

Lalu Bagaimana Dampaknya Terhadap Pangan Impor?
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bakal berdampak terhadap mahalnya berbagai kebutuhan, mulai dari produk elektronik hingga kebutuhan pokok khususnya pangan impor. Akibat fenomena ini, masyarakat menengah ke bawah yang bisa jadi paling terdampak.

Perlemahan rupiah diperkirakan bakal mengerek harga pangan yang kini diimpor oleh pemerintah. Saat ini, ketergantungan Indonesia terhadap barang impor masih tinggi, tak hanya pada bahan baku dan bahan penolong, tetapi juga barang konsumsi.